Sabtu, 05 Oktober 2013

Resensi sHe – Windhy Puspitadewi


windhy puspitadewi
sHe - Windhy Puspitadewi
Judul               : sHe
Penulis             : Windhy Puspitadewi
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : 2007
Halaman          : 248
ISBN               : 9789792227116

SINOPSIS:
Dhinar dan Dinar bukan saudara kembar. Mereka memiliki sifat, pola pikir, dan kehidupan yang berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang. Jika Dhinar pendiam, kutu buku, sinis, tertutup dan sangat cerdas, maka Dinar sebaliknya. Kebetulan saja nama mereka mirip, hanya terpaut satu huruf “H”. Kesukaan mereka pada manga dan anime-lah yang membuat mereka akhirnya bertemu. Dan cerita pun dimulai dari sini...
Ini bukan cerita tentang bertukar posisi.
Ini juga bukan cerita tentang persaingan.
Ini cerita tentang jalinan persahabatan, tentang menemukan cinta dan jati diri.

RESENSI:
Novel ini merupakan tribute to someone yang dipersembahkan Windhy untuk sahabatnya, Windy. Inilah buku kedua Windhy yang kumiliki. Lebih tepatnya, adikku memberikan beberapa koleksi bukunya padaku, dan salah satunya adalah novel ini. Ia juga yang memberitahuku bahwa sebelum Confeito, Windhy menerbitkan novel berjudul Run Run (kalau tidak salah adikku bilang begitu). Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ada kelanjutan dari novel Confeito namun tidak diterbitkan, iapun mendapatkan soft file-nya, entah dari mana ia dapat.

Kali ini Windhy memasukkan unsur manga dan anime yang menjadi hal yang sangat disukai oleh kedua tokoh utama, Dhinar dan Dinar. Gurauan sederhana yang membuatku tersenyum diawal membaca novel ini adalah bagaimana Dinar memanggil pacarnya Sapu, yang memiliki nama lengkap Erwan Saputra. Dhinarpun dipertemukan dengan anak tetangga barunya yang ternayata sekelas dengannya dan T.A.M.P.AN, Flemming Setiawan namanya (sepertinya Windhy meminjam nama penulis Ian Flemming :)).
Secara pribadi, aku sangat suka karakter Dinar. Bebas, cheerful, seru saja sepertinya. Karakter Dhinar sendiripun tak kalah seru. Seperti biasa, Windhy selalu bisa mengemas kisah cinta di setiap novelnya tidak menjadi picisan. Tetep seru saya baca yang saat itu tidak lagi seusia anakn SMA seperti di dalam novel ini. Saya juga jadi tahu tentang tingkatan kursus Bahasa Jepang setelah baca novel ini. Komunitas Genki Ji yang diceritakan dalam novel inipun juga memuat istilah-istilah baru di telinga saya seperti, cosplay, costume playing, dan semacamnya. Mengingat, saya hanya tahu sailormoon, satria baja hitam dan ultraman jika dihubungkan dengan hal-hal yang berbau Jepang.
Novel ini mengajarkan bagaimana kita ‘bahagia’ dengan cara kita. Jangan salah memaknai bahagia dengan terlalu rumit, karena saat kita mampu tersenyum lebih sering, itulah rasa bahagia yang sesungguhnya.
Huuumm, apa ya kekurangan buku ini? Mungkin tema bahasan tentang manga dan anime, jika ada pembaca yang malas mencari tahu beberapa arti sulit dalam buku ini, mungkin ia akan melewati bagian itu. Sepertinya ini bukan kekurangan, selera saja :).

2 komentar:

  1. bahagia itu sederhana, sesuai dengan persepsi kita :)

    BalasHapus
  2. awal suka baca yaitu setelah baca novel ini, kerenn bgt moral valuenya jg dpt.

    BalasHapus