Minggu, 20 Oktober 2013

Biang Cinta dan Kehidupan, Madre




Judul               : Madre
                         Kumpulan Cerita
Penulis             : Dee
Penerbit           : Bentang
Tahun              : Cetakan I, Juni 2011
Halaman          : 160
ISBN               : 978602881142242

SINOPSIS:
 "Apa rasanya sejarah hidup kita berubah dalam sehari? darah saya mendadak seperempat Tionghoa, nenek saya ternyata tukang roti, dan dia, bersama kakek yang tidak saya kenal, mewariskan anggota keluarga yang tidak pernah saya tahu: Madre."

Terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.
Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.

RESENSI:
Pernah merasa kebayang-bayang sesuatu, ketika setelah membaca buku. Salah satu penulis yang (selalu) berhasil biki saya bereaksi begitu adalah Dee. Saya sempat (merasa) memiliki sedikit kemiripan di tokoh Elektra dan orang yang saya sukai saat itu, saya anggap sebagai M-Pret. Kudua nama tokoh tersebut ada dalam novel Petir, sekuel dari Supernova, Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh.
Kali ini giliran Madre yang bikin imaji saya bergejolak, dan bertanya pada diri sendiri, “toko roti Tan De Baker emang beneran ada ya?.” Saat itu, saya benar-benar terbawa oleh salah satu cerita di buku Madre yang merupakan Kumpulan cerita tersebut. Madre adalah salah satu judul cerita dalam buku ini yang juga sudah difilmkan. Dibintangi oleh Laura Basuki dan artis berbakat Vino G. Bastian. Jujur, saya belum menonton filmnya dan menyesal mengapa kemarin tidak menyempatkan diri mengantri tiket.

Madre merupakan biang roti yang diistirahatkan dalam lemari pendingin setelah sebagiannya dipakai. Dalam proses istirahat tersebut sekumpulan Saccharomyses exiguus dan Lactobacillus berkembang yang berperan dalam meronggakan, mewangikan, dan merenyahkan semua roti di Tan De Baker. Benarkah ada? Itulah Dee yang selalu berhasil membuat saya memvisualisakan dan bertanya hal-hal yang ia sertakan dalam novel.
Adalah Tansen Wuisan, tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah pria bebas yang (tiba-tiba) ‘beruntung’ mewarisi usaha Toko Roti Tan. Ia tidak habis pikir, mengapa dirinya memutuskan menyeberangi pulau, demi seseorang yang tak ia kenal, dan mewarisinya sebuah ... ADONAN. Usut punya usut, Pak Hadi, salah seorang karyawan Tan De Baker menceritakan bahwa yang dapat mewarisi Madre adalah keturunan Lakshmi, yang memang nenek Tansen dan Tan Sin Gie yang (ternyata) adalah kakek yang mewarisinya toko roti ini. Tan menemukan silsilah baru keluarganya yang tiba-tiba menjadi acak adut. Akhirnya, Tan menerima takdirnya. Meski tak akrab dengan adonan sebelumnya, akhirnya ia memutuskan belajar. Pak Hadi yang bertindak sebagai pengajar.
Muncul Mei, seorang wanita yang mewarisi usaha roti milik papinya dan tiba-tiba muncul ingin ‘membeli’ Madre. Ini semua berawal dari rutinitas Tan yang selalu memposting kejadian yang ia alami dalam blognya. Ia ingin mengajukan proposal pada Tan untuk bekerjasama untuk memproduksi roti klasik untuk kalangan ekspatriat dan konsumen high-end.
Aku selalu antusian dengan buku-buku Dee. Ide yang tak seperti orang kebanyakan, kualitas bahasa, dan data-data yang mendukung. Roti yang biasa dimakan orang, Jadilah Madre, atau kopi dalam Filosofi Kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar