Judul : #Egyptology
Mesir Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir’aun,
dan Cleopatra
Penulis : Rashid Satari
Penerbit : Qanita
Tahun :
Cetakan I, Februari 2013
Halaman : 229
ISBN : 9786027870055
SINOPSIS:
Selama enam tahun tinggal untuk
studi di Mesir, Rashid Satari sering menyempatkan diri untuk menggendong
ranselya dan pergi mengelilingi negeri kaya sejarah tersebut. Hasilnya adalah
kumpulan tulisan yang sangat menarik yang bisa jadi tak akan ia dapatkan di
bangku kampus.
Sebuah dokumentasi perjalanan yang memotret berbagai sisi Mesir yang mungkin jarang dilihat turis biasa.
Ditulis oleh alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, buku ini memang akan membawa pembaca berkeliling Mesir, tapi harap dicatat: ini bukan buku panduan wisata. Pembaca akan diajak memperkaya wawasan dan berkenalan dengan banyak aspek budaya dan masyarakat negeri tersebut--yang ternyata tak cuma berisi kisah tentang Nabi Musa, Fir'aun, dan Cleopatra.
RESENSI:
Mesir? Apa yang
terlintas di benak pembaca ketika ada kakta-kata ‘Mesir’? kalau saya, setuju
dengan Rashid Satari, #Egyptology, Mesir
Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir’aun, dan Cleopatra. Pengetahuan tentang
Mesir, saya hanya bisa mengingatnya samar-samar ketika menempuh pendidikan
pesantren dulu. Mungkin karena terlalu banyak tidur, jadi beberapa memori saya
tentang sejarah Mesir banyak yang hilang :).
Rashid Satari
adalah seorang mahasiswa Al-Azhar yang sedang berusaha ‘mengenali’ Mesir. Ia
memutuskan untuk melakukan pejalanan dan berbagai kegiatan untuk menikmati
seluk-beluk kota Mesir. Mulai dari jum’atan di perkampungan Nubia dengan
penduduk yang murah hati, menyerupun jus lemon di tepi Batalyon bersama Husen,
hingga menghabiskan senja dipemukiman Kristen Koptik.
Ada cerita seputar
‘kesaktian” karneh Al-Azhar (kartu
mahasiswa) yang tanpa sengaja ia manfaatkan untuk menggambil beberapa foto di
objek wisata Valley of The kings, Luxor. Bahkan, di kejadian lainnya, ia juga
selamat dalam pemeriksaan paspor ketika dalam perjalanan dari kota Aswan menuju
Abu Simbel. Ia menggunakan karneh dan
beberapa alasan pendukung lainnya dan iapun mengajak petugas pemeriksaan
mengobrol seputar kota yang juga pernah ia tinggali, lalu B.E.R.H.A.S.I.L.
Ternyata, beramah-tamah di negara orang dapat membantu kita untuk survive.
Ada beberapa cerita
haru dan lucu yang ada kaitannya dengan Indonesia. Saya baru tahu (atau mungkin
Anda juga), bahwa orang Indonesia dikenal dengan sebutan ahsannas (manusia terbaik) sejak tahun 1995-an, ketika presiden
Soekarno menjalin hubungan baik dengan Mesir yang saat itu berada di bawah
pimpinan Gamal Abdel Nasher. Meski beberapa peristiwa kekerasan terjadi di
Indonesia, masyarakat mesir pasti tahu, tapi sebutan itu tetap saja tidak
berubah.
Atau cerita lucu
ketika penulis sedang bekerja sebagai pramusaji di restoran Indonesia. Ketika
ada seorang pengunjung yang bertanya tentang permen apa yang ada di toples. Ia
membeli beberapa. Sesungguhnya, itu adalah terasi yang dikemas mirip permen
oleh sebuah produsen besar makanan di Indonesia. Karena bingun bagaimana akan
menjelaskan tentang terasi itu, temannya pun menjawab,
“Itu permen khas
Indonesia, tidak ada di Mesir”.
Saya jadi
penasaran, apa yang akan pengunjung itu lakukan dengan ‘permen’ terasi rasa
udang itu. hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar