Rabu, 09 Oktober 2013

“Mesir Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir’aun, dan Cleopatra”



Judul               : #Egyptology
                         Mesir Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir’aun, dan Cleopatra
Penulis             : Rashid Satari
Penerbit           : Qanita
Tahun              : Cetakan I, Februari 2013
Halaman          : 229
ISBN               : 9786027870055

SINOPSIS:

Selama enam tahun tinggal untuk studi di Mesir, Rashid Satari sering menyempatkan diri untuk menggendong ranselya dan pergi mengelilingi negeri kaya sejarah tersebut. Hasilnya adalah kumpulan tulisan yang sangat menarik yang bisa jadi tak akan ia dapatkan di bangku kampus. Sebuah dokumentasi perjalanan yang memotret berbagai sisi Mesir yang mungkin jarang dilihat turis biasa.


Ditulis oleh alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, buku ini memang akan membawa pembaca berkeliling Mesir, tapi harap dicatat: ini bukan buku panduan wisata. Pembaca akan diajak memperkaya wawasan dan berkenalan dengan banyak aspek budaya dan masyarakat negeri tersebut--yang ternyata tak cuma berisi kisah tentang Nabi Musa, Fir'aun, dan Cleopatra.

RESENSI:
Mesir? Apa yang terlintas di benak pembaca ketika ada kakta-kata ‘Mesir’? kalau saya, setuju dengan Rashid Satari, #Egyptology, Mesir Bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir’aun, dan Cleopatra. Pengetahuan tentang Mesir, saya hanya bisa mengingatnya samar-samar ketika menempuh pendidikan pesantren dulu. Mungkin karena terlalu banyak tidur, jadi beberapa memori saya tentang sejarah Mesir banyak yang hilang :).

Rashid Satari adalah seorang mahasiswa Al-Azhar yang sedang berusaha ‘mengenali’ Mesir. Ia memutuskan untuk melakukan pejalanan dan berbagai kegiatan untuk menikmati seluk-beluk kota Mesir. Mulai dari jum’atan di perkampungan Nubia dengan penduduk yang murah hati, menyerupun jus lemon di tepi Batalyon bersama Husen, hingga menghabiskan senja dipemukiman Kristen Koptik.
Ada cerita seputar ‘kesaktian” karneh Al-Azhar (kartu mahasiswa) yang tanpa sengaja ia manfaatkan untuk menggambil beberapa foto di objek wisata Valley of The kings, Luxor. Bahkan, di kejadian lainnya, ia juga selamat dalam pemeriksaan paspor ketika dalam perjalanan dari kota Aswan menuju Abu Simbel. Ia menggunakan karneh dan beberapa alasan pendukung lainnya dan iapun mengajak petugas pemeriksaan mengobrol seputar kota yang juga pernah ia tinggali, lalu B.E.R.H.A.S.I.L. Ternyata, beramah-tamah di negara orang dapat membantu kita untuk survive.
Ada beberapa cerita haru dan lucu yang ada kaitannya dengan Indonesia. Saya baru tahu (atau mungkin Anda juga), bahwa orang Indonesia dikenal dengan sebutan ahsannas (manusia terbaik) sejak tahun 1995-an, ketika presiden Soekarno menjalin hubungan baik dengan Mesir yang saat itu berada di bawah pimpinan Gamal Abdel Nasher. Meski beberapa peristiwa kekerasan terjadi di Indonesia, masyarakat mesir pasti tahu, tapi sebutan itu tetap saja tidak berubah.
Atau cerita lucu ketika penulis sedang bekerja sebagai pramusaji di restoran Indonesia. Ketika ada seorang pengunjung yang bertanya tentang permen apa yang ada di toples. Ia membeli beberapa. Sesungguhnya, itu adalah terasi yang dikemas mirip permen oleh sebuah produsen besar makanan di Indonesia. Karena bingun bagaimana akan menjelaskan tentang terasi itu, temannya pun menjawab,
“Itu permen khas Indonesia, tidak ada di Mesir”.
Saya jadi penasaran, apa yang akan pengunjung itu lakukan dengan ‘permen’ terasi rasa udang itu. hehehe..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar